Terowongan Wilhelmina

nutnut 2:20 AM 0
Terowongan Wilhelmina dibangun oleh perusahaan kereta api zaman Belanda, SS (Staats Spoorwegen) pada tahun 1914 dan mulai digunakan pada 1 Januari 1921. Nama Wilhelmina diambil dari nama seorang ratu dari Kerajaan Belanda yang memiliki nama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Maria. Wilhelmina menjadi Ratu Kerajaan Belanda pada tahun 1890 hingga 1948.

Masyarakat setempat sering menyebut terowongan Wilhelmina dengan sebutan terowongan Sumber. Hingga pada 3 Pebruari 1981, dikarenakan matinya jalur kereta api Banjar-Cijulang maka mati pula terowongan ini dan tidak digunakan lagi. Alasannya adalah karena mahalnya biaya operasional dan sedikitnya pemasukan dari para penumpang kereta api di jalur itu.

Namun tahukah Anda sejarah menarik dan misterius dibalik pembangunan jalur kerata api ini?
Pembangunan terowongan Wilhelmina telah menyisakan kisah-kisah seru dan menyedihkan. Konon, pada tahun 1916, penggalian terowongan dan jembatan di daerah ini sempat terhenti karena tidak ada tenaga ahli yang mau bekerja di tempat ini.

Mereka beralasan selain medannya sulit, ada banyak pekerja yang meninggal karena tiba-tiba jatuh sakit. Namun, perusahaan kereta api Belanda terus berusaha menyelesaikan pembangunan jalur ini, sebab jalur ini sangat penting untuk mengangkut hasil bumi berupa kopra yang berlimpah di daerah tersebut.

Pembangunan jalur kereta api Banjar-Cijulang diusulkan oleh pihak swasta pada masa pemerintah Hindia Belanda. Terdapat berbagai argumentasi dan perdebatan tentang perlunya dibangun jalur kereta api ini. Latar belakang dari pengajuan pembangunan jalur kereta api tersebut yaitu kepentingan ekonomi. Di sekitar Banjar terdapat banyak perkebunan yang sangat memerlukan sarana transportasi memadai untuk proses pengangkutan. Semua perkebunan itu milik kalangan swasta dari Eropa.

Di samping itu, hasil pertanian yang melimpah di Priangan tenggara dan lembah Parigi merupakan pertimbangan lain di balik usul pembangunan jalur tersebut. Di kawasan itu banyak padi hasil panen petani yang sudah disimpan lebih dari enam tahun karena kesulitan dalam pengangkutan ke luar daerah. Ditambah lagi, di sepanjang jalur Banjar-Cijulang banyak tanah yang bisa dimanfaatkan sebagai sawah dan tegal.

Keberadaan jalur kereta api ini akhirnya menjadi tulang punggung sarana transportasi di wilayah Kabupaten Ciamis khususnya kawasan Banjar hingga Cijulang dan sekitarnya hingga dekade 1980-an.

Terowongan Wilhemina sangat lurus dan panjang. Dari ujung terowongan satu, kita bisa melihat ujung terowongan yang lain, berupa setitik cahaya. Saat berada di dalam terowongan yang gelap dan panjang, tak terbayangkan betapa beratnya pekerja memahat batuan keras sepanjang satu kilometer lebih ini.

Selain melewati terowongan, jalur ini juga melewati beberapa jembatan layang yang tinggi dan panjang, salah satunya jembatan Cikacepit. Jembatan ini juga menjadi mahakarya yang sangat mengagumkan. Jembatan seolah-olah menggantung di awang-awang.

Jembatan Cikacepit ini mempunyai panjang ±290 m dengan lebar 1.70 m dengan tinggi dari permukaan tanah sekitar 100 m tanpa pelindung di kiri-kanan jembatan. Pelindung untuk orang yang menyebrang justru adanya di bawah, sehingga orang harus meniti tangga lebih dulu.

Jalur ini dulu merupakan jalur yang sibuk. Panorama jalur ini sangat indah mulai dari pegunungan hingga laut. Setelah pada akhirnya ditutup, jalur ini sempat diperbaiki dan berberapa lokomotif seperti BB300 dan D301 sempat lewat jalur ini. Namun kemudian ditutup lagi saat krisis ekonomi yang melanda seluruh Asia. jalur dan bantalan yang baru pasang pun dibongkar.

Kini, kondisi terowongan ini sudah sangat memprihatinkan. Rel didalamnya sudah hilang, banyak rembesan air dan dipenuhi dengan rumput dan semak belukar. Padahal terowongan ini merupakan bukti sejarah yang seharusnya tetap terjaga. Selain menjadi bukti sejarah, terowongan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata sejarah.

Sumber : kereta-api.info

Simak videonya di https://www.youtube.com/watch?v=nlU2RPu-hN0&t=15s dan https://www.youtube.com/watch?v=qRQMfxnfaPM

OBAT TETES MATA ALAMI - Cara Alami Menyegarkan Mata Dengan Bunga "Gorejag"

nutnut 1:38 AM 0
   

            Bunga "Gorejag" ini sebutan orang sunda. Biasanya tumbuh di pinggir kolam atau di tempat yang sejuk. Sering ditemukan diketinggian 650mdpl keatas. Saya tidak tahu tepatnya nama bunga ini dalam bahasa Indonesia maupun nama latinnya. Nah ceritanya begini, waktu itu Saya masih sekolah SMA, kebetulan Saya bersekolah di SMA Wanayasa yang terletak di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Sepulang sekolah Saya sering main ke kolam mata air di Wanayasa yang tidak jauh dari tempat Saya bersekolah untuk berenang. Di dekat kolam terdapat "Kobong" atau dalam bahasa Indonesia adalah pesantren. Di pesantren itu salah satu penghuninya adalah teman Saya, beliau juga yang memberitahu khasiat bunga itu. Yup dan Saya pun tertarik  untuk mencobanya.

           Setelah itu kami mencari bunganya di tepian kolam. Petik satu saja kemudian kita siapkan air 1 gelas lalu bunganya direndam di gelas tersebut. Gunanya agar air tersebut masuk kedalam lubang tangkai bunga bagian bawah da bercampur dengan getahnya. Setelah itu kita angkat bunga yang sudah direndam tadi dan air yg menempel di bunga diteteskan ke mata kita. Cukup 2 tetes saja dan jangan tanyakan rasanya setelah ditetes. Ya, rasanya perih sekali namun hanya terasa dalam beberapa detik saja. Setelah itu akan dirasakan mata terasa segar dan penglihatan menjadi jernih. Oh ya bunga ini biasa digunakan warga setempat untuk mengobati mata merah juga.

*Bagi kawan-kawan yang mengetahui nama bunga jenis ini tolong beritahu Saya :)
  Terimakasih :)

*Maaf jika tulisan Saya ini kurang berkenan, maklum masih newbie :)

SURVEY KEUSIKLUHUR & CIPARANTI

nutnut 2:32 AM 0
JUM'AT, 14 AGUSTUS 2015

Sesuai rencana, sekitar pukul 06:00 bertolak dari rumah menuju sebuah bengkel di Bandung untuk mengganti bearing arm. Seperti biasa lewat jalur favorit yaitu Sagalaherang, Lembang. Sempat kesasar karena sehari sebelumnya pemilik bengkel mengirim lokasi via WhatsApp tidak akurat. Alhamdulillah ketika sedang mengutak-atik layar handphone di pinggir jalan dibawah pohon, Saya disapa Kang Arief dari NWI. Beliau menyapa saya karena melihat stiker Kartala yang terpasang di windshield. Terjadilah obrolan singkat dan kemudian diantarkanlah saya ke bengkel, kebetulan Kang Arief tahu alamat bengkel tersebut.

Setelah puas ngobrol, Kang Arief pamit pulang karena waktu sholat jum'at sebentar lagi. Karena pekerjaan mengganti bearing arm Si Biru belum selesai, mengharuskan Saya sholat jum'at di mesjid dekat bengkel. Saya dibonceng pemilik bengkel tersebut, kebetulan pengguna Pulsar juga dari KBRI, Kang Iqbal sebutannya.

Waktu menunjukkan pukul 15:00 tapi belum selesai juga, dan pada akhirnya selesai pukul 15:30. Cukup melelahkan juga menunggu dari jam 09:00 hingga 16:00. Bergegas dari bengkel yg terletak di Antapani menuju rumah sahabat SMU di Pasteur, Prepare semua kebutuhan dan berangkat. Sesampai di Ciwidey sekitar pukul 20:00 karena macet dari Pasteur hingga Cimindi. Sesuai rencana awal memang Kami bermalam di Ciwidey menggelar tenda. Sebelum merajut bulu mata Kami mengobrol sambil ditemani dinginnya hawa perkebunan teh Ciwidey dan secangkir susu coklat. Kemudian suara telepon berdering dari ponsel sahabat Saya, obrolan terdengar kurang mengenakkan. Istri sahabat saya mendadak tidak enak badan yang mengharuskan sahabat saya untuk pulang. Karena sudah malam dan tidak memungkinkan untuk pulang pada saat itu, Kami putuskan besok pagi Saya antarkan sahabat Saya cukup sampai terminal Ciwidey saja.

Bersambung . . .

katalogisasi

katalogisasi

nutnut 9:39 PM 0
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 1-20

Klasifikasi dan Katalogisasi:

Sebuah Pengantar
Oleh: Miswan**

Fungsi utama setiap perpustakaan atau pusat informasi adalah mengadakan, mengolah, menyediakan dan menyebarkan informasi kepada para pemakai. Untuk melaksanakan fungsi tersebut maka perpustakaan harus mengolah dan mengatur koleksinya sedemikian rupa sehingga informasi yang terdapat dalam koleksinya dapat disimpan dan ditemukan kembali secara mudah, cepat dan tepat jika diperlukan. Dengan kata lain, di dalam perpustakaan diperlukan suatu sistem temu kembali informasi (information retrieval system) yang baik.

Kerangka kerja perpustakaan yang berfokus pada proses pengorganisasian informasi di satu pihak dan pencarian kembali informasi di pihak lain, digambarkan oleh Lauren B. Doyle dalam diagram berikut ini:

>MASUKAN:

Pencatatan ciri dan penataan
KELUARAN:

Pencocokan dan Penyerahan Koleksi

Masukan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan, yaitu semua, bahan pustaka atau rekaman informasi diorganisasir, diolah, dikatalog, diklasifikasi (analisis) yang menghasilkan susunan bahan pustaka di rak (susunan koleksi) dan wakil ringkas bahan pustaka yang berupa katalog, bibliografi, indeks, dll. Sedangkan keluaran adalah kegiatan temu kembali informasi oleh pemakai perpustakaan. Dalam temu kembali informasi di perpustakaan, pemakai dapat menempuh dua cara, yaitu langsung menuju ke susunan koleksi di rak atau melalui sistem katalog baru menuju ke rak.

Cara pertama biasanya dilakukan apabila pemakai telah mengetahui betul lokasi buku yang ia cari. Sedangkan cara kedua biasanya dilakukan apabila pemakai belum mengetahui letak informasi yang ia perlukan, atau ia telah mengetahuinya namun ingin melengkapi dengan sumber-sumber informasi lain. Disampaikan pada “Workshop Perpustakaan dan Kearsipan” yang diselenggarakan oleh STAIN Purwokerto, 17 Juli 2003.
** Staf bagian Pengembangan dan Otomasi UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang.

Bahan
Pustaka Analisis
Temu
Kembali
Sistem
Katalog
Susunan
Koleksi
Pemakai
(Penelusuran)
Penyerahan

Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 2-20

Istilah temu kembali informasi di perpustakaan pada umumnya mengandung arti temu kembali bahan pustaka. Bahan pustaka di sini mencakup semua jenis bahan pustaka, baik yang tercetak seperti buku dan majalah, atau yang tidak tercetak seperti CD-ROM (Compact Disk Read Only Memory), kaset dan sebagainya. Jadi temu kembali informasi pada dasarnya adalah penemuan kembali bahan pustaka dari koleksi tertentu yang relevan dengan permintaan.

GARIS BESAR KEGIATAN PENGATALOGAN

Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan: 1) Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang, jumlah halaman, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD; dan 2) Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

PENGKATALOGAN / PENGINDEKSAN
FISIK BAHAN PUSTAKA ISI BAHAN PUSTAKA
PENGKATALOGAN DESKRIPTIF PENGINDEKSAN SUBYEK
DESKRIPSI BIBLIOGRAFI
TAJUK ENTRI UTAMA
TAJUK ENTRI TAMBAHAN
ANALISIS SUBYEK
PENERJEMAHAN:
MENJADI TAJUK SUBYEK DAN / ATAU
NOMOR KELAS
CANTUMAN BIBLIOGRAFI / KATALOG /
WAKIL RINGKAS BAHAN PUSTAKA
PEDOMAN:
AACR
ISBD
PEDOMAN:
1. BAGAN
KLASIFIKASI (DDC)
2. DAFTAR TAJUK
SUBYEK
3. TESAURUS

Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 3-20

BEBERAPA ISTILAH

Sebelum membahas klasifikasi dan katalogisasi, beberapa istilah di bawah ini perlu untuk dikenali terlebih dahulu. Bahan pustaka, dokumen: Segala sesuatu yang menyimpan dan membawa informasi; paket informasi yang diadakan dan disimpan di perpustakaan. Bahan pustaka tidak hanya berupa teks atau bahan tercetak, seperti buku, jurnal, tetapi meliputi meliputi bahan non-cetak, seperti: gambar, peta, CD-ROM, VCD, berkas komputer dan sebagainya.
  • Katalogisasi (cataloging): Kegiatan atau proses pembuatan wakil ringkas dari bahan pustaka atau dokumen (buku, majalah, CD-ROM, mikrofilm, dll.). Istilah ini kadang-kadang juga meliputi klasifikasi bahan pustaka dan secara umum penyiapan bahan pustaka untuk digunakan pemakai. Kadang-kadang disebut juga dengan istilah pengindeksan (indexing).
  • Katalog (catalog): Presentasi ciri-ciri dari sebuah bahan pustaka atau dokumen (misalnya: judul, pengarang, deskripsi fisik, subyek, dll.) koleksi perpustakaan yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka tersebut yang disusun secara sistematis.
  • Klasifikasi (classification): Penyusunan sesuatu dalam susunan yang logis sesuai dengan tingkat kemiripan atau kesamaannya.
  • Tajuk (heading): Urutan karakter (huruf, angka, dll.) pada permulaan katalog; karakter ini menentukan letak atau urutan katalog dalam berkas (misal laci). Tajuk biasanya berupa nama pengarang, istilah subyek, judul atau notasi atau nomor klasifikasi yang diambil dari sebuah bagan klasifikasi.
  • Entri (entry): Cantuman bahan pustaka atau dokumen dalam sebuah katalog Entri utama (main entry): Cantuman katalog lengkap dari sebuah bahan pustaka, yang berisi deskripsi lengkap dan disertai dengan jejakan atau indikasi tajuk-tajuk untuk entri-entri lainnya.
  • Entri tambahan (added entry): Entri katalog sekunder, cantumannya lebih ringkas dari entri utama (tidak disertai dengan jejakan).

KLASIFIKASI

Pengertian, Fungsi Dan Tujuan

Sebelum suatu bahan pustaka yang relevan dapat ditemukan kembali harus diadakan penelusuran (search) terlebih dahulu di dalam "gudang" informasi yang disebut perpustakaan. Tentunya tidak praktis jika seluruh koleksi perpustakaan ditelusuri satu per satu. Prinsip dasar dalam temu kembali informasi adalah bahwa penelusuran untuk suatu bahan pustaka dilakukan pada sebagian koleksi itu, yakni pada bagian yang secara potensial paling relevan untuk memenuhi suatu permintaan. Bagian dari koleksi bahan pustaka itu disebut kelas.

Kelas dalam batasan umum adalah suatu kelompok benda yang memiliki beberapa ciri yang sama. Terompet, seruling, saxophone, harmonika umpamanya, merupakan instrumen musik yang mengeluarkan suara dengan ditiup. Suara yang keluar melalui medium itu merupakan satu ciri instrumen tersebut, sehingga instrumen-instrumen itu dapat dimasukkan dalam satu kelas yang disebut instrumen musik tiup.

Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 4-20

sedikit mempunyai satu ciri yang sama. Kegiatan pengelompokan atau pembentukan kelas disebut klasifikasi. Satu bahan pustaka dapat memiliki beberapa ciri, umpamanya; ciri kepengarangan, ciri subyek, ciri fisik dan ciri-ciri lainnya. Oleh karena itu satu bahan pustaka dapat dikelompokkan menurut setiap ciri yang ada pada bahan pustaka itu.

Perpustakaan pada hakekatnya mengumpulkan bahan pustaka karena informasinya (subyeknya). Pengelompokan berdasarkan ciri subyek ini di perpustakaan disebut klasifikasi fundamental. Sedang pengelompokan menurut ciri lainnya disebut klasifikasi artifisial. Misalnya pengelompokan menurut pengarang, atau menurut ukuran fisik. Klasifikasi yang diterapkan di pusat informasi dan perpustakaan didefinisikan sebagai penyusunan sistematik terhadap buku dan bahan pustaka lain atau katalog atau entri indeks berdasarkan subjek, dalam cara paling berguna bagi mereka yang membaca atau mencari informasi. Dengan demikian, klasifikasi berfungsi ganda, yaitu (1) sebagai sarana penyusunan bahan pustaka di rak, dan (2) sebagai sarana penyusunan entri bibliografis dalam katalog tercetak, bibliografi dan indeks dalam tata susunan sistematis.

Sebagai sarana pengaturan bahan pustaka di rak, klasifikasi mempunyai dua tujuan yaitu: (1) membantu pemakai mengidentikkan dan melokalisasi sebuah bahan pustaka berdasarkan nomor panggil, dan (2) mengelompokkan semua bahan pustaka sejenis menjadi satu. Dengan kata lain, tujuan utama klasifikasi di perpustakaan adalah mempermudah dalam temu kembali informasi (bahan pustaka) yang dimiliki perpustakaan.

Analisis Subyek

Disadari atau tidak, sebelum melakukan klasifikasi, telah terjadi atau seharusnya terjadi suatu kegiatan yang disebut "analisis subyek". Kegiatan analisis subyek ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena di sinilah ditentukan pada subyek apa suatu bahan pustaka ditempatkan atau menetapkan isi bahan pustaka. Oleh karena itu, analisis ini harus dikerjakan secara akurat dan konsisten.

Dalam menentukan isi bahan pustaka, pustakawan harus mengetahui mengenai apa bahan pustaka itu. Setidak-tidaknya seorang pustakawan harus mengetahui hal itu secara umum. Dalam aktivitasnya pustakawan berurusan dengan dunia pengetahuan (universe of knowledge). Meskipun demikian, seorang pustakawan tidak harus seorang pakar (expert) atau ahli dalam suatu bidang pengetahuan. Namun, yang perlu dimiliki oleh seorang pustakawan adalah pengetahuan mengenai sifat, struktur, dan hubungan yang terdapat di antara bidang-bidang pengetahuan.

Untuk melaksanakan kegiatan analisis subyek ini ada dua hal yang perlu dikenali atau dipahami tentang suatu bahan pustaka, yaitu "jenis konsep" dan "jenis subyek". Dengan mengenali jenis konsep dan jenis subyek tersebut akan membantu dalam menetapkan pada atau dalam subyek apa suatu bahan pustaka. Berikut akan dibahas tentang jenis konsep dan jenis subyek.

Jenis Konsep

Dalam suatu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep, yaitu:
  1. Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Hukum, sosiologi, filsafat umpamanya, adalah disiplin-disiplin yang merupakan bidang atau cabang pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
    a. Disiplin fundamental, meliputi bagian-bagian utama ilmu pengetahuan. Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan disiplin fundamental ini. Namun demikian, ada tiga kelompok disiplin fundamental yang diakui dewasa ini oleh banyak ahli, yaitu: (1) ilmu-ilmu sosial (social sciences), (2) ilmu-ilmu alamiah (natural sciences), dan (3) ilmu-ilmu kemanusiaan (humanities).
    b. Subdisiplin, merupakan bidang spesialisasi dalam satu disiplin fundamental. Misalnya biologi, kimia, fisika adalah subdisiplin dari disiplin fundamental ilmuilmu alamiah.
  2. Fenomena, yaitu "benda" atau "wujud" yang dikaji dalam suatu disiplin ilmu. Misalnya Psikologi Remaja, terdapat dua konsep yaitu "Psikologi" dan "Remaja". "Psikologi" merupakan konsep disiplin ilmu, sedangkan "Remaja" adalah fenomenon yang menjadi obyek kajian disiplin tersebut. Obyek atau sasaran yang menjadi fenomena dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
    a. Obyek konkrit, misalnya: remaja, padi, kendaraan;
    b. Obyek abstrak, seperti: hukum, moral, cinta.
  3. Bentuk, ialah cara bagaimana suatu subyek disajikan. Konsep bentuk dibedakan menjadi tiga, yaitu:
    a. Bentuk fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu subyek, misalnya dalam bentuk buku, majalah, kaset, CD-ROM, disket dan sebagainya. Bentuk fisik tidak mempengaruhi isi bahan pustaka.
    b. Bentuk penyajian, yaitu menunjukkan pengaturan atau organisasi isi bahan pustaka.
    Ada tiga macam bentuk penyajian:
    1) Yang menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya, seperti bahasa (dalam bahasa Jawa, Arab dsb.), gambar (peta, karikatur dsb.);
    2) Yang memperlihatkan tata susunan tertentu, misalnya abjad, kronologis dan
    sebagainya;
    3) Yang penyajiannya untuk kelompok tertentu. Misalnya Bahasa Arab untuk
    Pemula, Internet untuk Pustakawan dan sebagainya. Kedua bahan pustaka tersebut adalah mengenai "Bahasa Arab" dan "Internet" bukan tentang "Pemula" dan "Pustakawan".
    c. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu subyek. Misalnya Filsafat Sejarah. Di sini yang menjadi subyek adalah "Sejarah", sedangkan "Filsafat" adalah bentuk intelektualnya. Sebaliknya Sejarah Filsafat, yang menjadi subyek adalah "Filsafat", sedang "Sejarah" adalah bentuk penyajian
    intelektualnya.
Jenis Subyek
Dalam kegiatan analisis subyek, ada bermacam-macam jenis subyek bahan pustaka yang
secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Subyek dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri atas satu disiplin atau subdisiplin ilmu
saja. Misalnya: Pengantar Ilmu Hukum, yang menjadi subyek dasarnya adalah
"Hukum".
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 6-20
2. Subyek sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri atas satu faset yang berasal dari satu
subyek dasar. Misalnya: Agama di Indonesia, terdiri atas subyek dasar "Agama" dan
faset tempat "Indonesia". (Faset ialah sekelompok fenomena yang dikaji oleh disiplin
ilmu tertentu dan memiliki satu ciri bersama. Tiap bidang ilmu mempunyai faset-faset
yang khas, dan anggota dari satu faset disebut fokus. Sebagai contoh: Dalam ilmu
pendidikan dikenal adanya sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi, ini
semua merupakan anggota dari faset lembaga pendidikan).
3. Subyek majemuk, ialah subyek yang terdiri atas subyek dasar disertai fokus-fokus dari
dua faset atau lebih. Misalnya: Hukum Perkawinan di Indonesia, di sini ada satu
subyek dasar, yaitu "Hukum" dan dua faset, yaitu "Hukum Perkawinan" (faset jenis)
dan "Indonesia (faset tempat).
4. Subyek kompleks, yaitu bila ada dua atau lebih subyek dasar yang berinteraksi antara
satu sama lain. Misalnya: Pengaruh Filsafat terhadap Ilmu Kalam, di sini terdapat dua
subyek dasar, yaitu "Filsafat" dan "Ilmu Kalam". Untuk menentukan subyek yang
mana yang akan diutamakan dalam subyek kompleks ini perlu diketahui hubungan
interaksi antara subyek tersebut, yang disebut dengan istilah fase. Dalam subyek
kompleks terdapat empat fase yaitu:
a. Fase bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam hal ini
subyek yang diutamakan adalah subyek yang disajikan. Misalnya: Komputer untuk
Perpustakaan, subyek yang diutamakan adalah "Komputer".
b. Fase pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling mempengaruhi antara
satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang
dipengaruhi. Misalnya: Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Perceraian, di sini
subyek yang diutamakan adalah "Perceraian".
c. Fase alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau
membahas subyek lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang
dibahas atau dijelaskan. Misalnya: Penggunaan Analisis Statistik terhadap
Keberhasilan Program KB di Indonesia, di sini yang diutamakan adalah "KB".
d. Fase perbandingan, yaitu dalam satu bahan pustaka terdapat berbagai subyek tanpa
ada hubungannya antara satu dengan yang lain. Untuk menentukan subyek mana
yang akan diutamakan ada beberapa pedoman:
1) Pada subyek yang dibahas lebih banyak. Misalnya: Islam dan Politik, jika
"Islam" lebih banyak dibahas, maka diutamakan subyek "Islam".
2) Pada subyek yang disebut pertama kali. Misalnya: Hukum Islam dan Masyarakat
Jawa, ditetapkan pada "Hukum Islam" karena disebut pertama kali.
3). Pada subyek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau pemakai
perpustakaan. Misalnya: Hukum Islam dan Kedokteran, di perpustakaan Fakultas
Hukum akan ditempatkan pada subyek "Hukum" dan bila di perpustakaan
Fakultas Kedokteran akan ditempatkan pada subyek "Kedokteran".
Langkah-Langkah Praktis Analisis Subyek
Untuk mengetahui subyek suatu bahan pustaka dengan analisis subyek dapat mengikuti
langkah-langkah praktis berikut:
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 7-20
1. Melalui Judul, seringkali dengan melihat, mempelajari dan memahami judulnya saja
suatu bahan pustaka sudah dapat ditentukan subyeknya. Cara ini biasanya dapat
diterapkan pada buku-buku ilmiah atau buku-buku teks.
2. Melalui daftar isi, apabila melalui judul belum dapat diketahui subyeknya, maka
adakalanya dengan melihat daftar isi subyek bahan pustaka tersebut dapat diketahui.
3. Melalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yanng digunakan oleh pengarang untuk
menyusun karya tersebut.
4. Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan. Kadang-kadang di dalam
pengantar atau pendahuluan, pengarang menyebutkan inti atau topik yang akan dibahas
dan ruang lingkupnya.
5. Apabila melalui langkah-langkah di atas masih belum dapat membantu menetapkan
subyek bahan pustaka, maka hendaklah dengan membaca sebagian atau keseluruhan
dari isi karya tersebut.
6. Menggunakan sumber lain, seperti: Bibliografi, katalog, kamus, biografi, ensiklopedi,
tinjauan buku dan sebagainya.
7. Seandainya setelah melalui cara-cara di atas masih belum juga dapat membantu
menentukan subyek bahan pustaka, hendaknya menanyakan kepada orang yang ahli di
bidang subyek tersebut (subject specialist).
Sekilas Mengenal Dewey Decimal Classification (DDC)
Setelah menganalisis subyek, langkah selanjutnya adalah menerjemahkan hasil analisis
tersebut ke dalam bahasa indeks, yang dalam hal ini adalah menentukan nomor kelas atau
notasi. Notasi adalah simbol atau kode yang digunakan bagi kelas atau subyek yang
terdapat pada bagan klasifikasi. Notasi dapat berupa angka, huruf, atau gabungan angka
dan huruf. Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu fungsi klasifikasi adalah
sebagai perangkat penyusunan bahan pustaka di rak, maka notasi inilah yang nantinya
menentukan tempat bahan pustaka di rak, dengan dikombinasikan dengan unsur lain,
notasi akan membentuk nomor panggil (call number).
Ada beberapa bagan klasifikasi yang dikenal di dunia perpustakaan dan informasi,
antara lain: Dewey Decimal Classification (DDC), Library of Congress Classification
(LC), Universal Decimal Classification (UDC), dan Colon Classification. Adapun dalam
kesempatan ini akan dikenalkan Dewey Decimal Classification (selanjutnya disebut DDC
saja).
Bagan klasifikasi DDC ini merupakan bagan klasifikasi yang paling populer dan
paling banyak digunakan, termasuk di Indonesia. Bagan ini diciptakan oleh Melvil Dewey
(1851-1931). Edisi pertama berupa pamflet setebal 44 halaman, terbit tahun 1876 dengan
judul A Classification and Subject Index for Cataloguing and Arranging the Books and
Pamphlets of a Library. Setelah penerbitan edisi ke 16 tahun 1958 muncul kebijakan
untuk merevisi bagan DDC ini setiap 7 tahun. Dan sekarang telah sampai pada edisi 21
yang terdiri atas 4 jilid tebal: jilid 1 berisi tabel subdivisi standar, jilid 2 bagan dari kelas
000-500, jilid 3 bagan dari kelas 600-900, dan jilid 4 berisi indeks relatif.
DDC merupakan bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip "desimal"
dalam membagi cabang ilmu pengetahuan. DDC membagi semua ilmu pengetahuan ke
dalam 10 kelas utama (main classes) yang diberi notasi berupa angka Arab 000-900.
Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 subkelas (division). Kemudian
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 8-20
subkelas dibagi lagi menjadi 10 seksi (section), dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada contoh berikut:
Kelas Utama
000 - Karya umum
100 - Filsafat dan disiplin terkait
200 - Agama
300 - Ilmu-ilmu sosial
400 - Bahasa
500 - Ilmu-ilmu murni
600 - Ilmu-ilmu terapan
700 - Kesenian
800 - Sastra
900 - Geografi umum dan sejarah serta cabangnya.
Divisi
300 - Ilmu-ilmu sosial
310 - Statistik
320 - Ilmu Politik
330 - Ilmu Ekonomi
340 - Hukum
350 - Administrasi Negara
360 - Problem dan pelayanan sosial
370 - Pendidikan
380 - Perdagagangan
390 - Adat istiadat, etiket, cerita rakyat
Seksi
370 - Pendidikan
371 - Pendidikan secara umum
372 - Pendidikan dasar
373 - Pendidikan menengah
374 - Pendidikan dewasa
375 - Kurikulum
376 - Pendidikan wanita
377 - Sekolah dan agama
378 - Pendidikan tinggi
379 - Pendidikan dan negara
Tiap-tiap seksi di atas dapat dibagi lagi secara desimal apabila dikehendaki menjadi
bagian lebih spesifik, misalnya:
371 - Pendidikan secara umum
371.1 - Pengajaran dan pengajar
371.2 - Administrasi pendidikan
371.3 - Metode mengajar dan belajar
371.4 - Bimbingan dan penyuluhan
371.5 - Disiplin sekolah
371.6 - Sarana fisik
371.7 - Kesehatan dan keselamatan sekolah
371.8 - Siswa
371.9 - Pendidikan khusus
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 9-20
Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa makin khusus suatu subyek, semakin
panjang notasinya, karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya.
Pembagian ini bersifat hirarkis, dari umum ke khusus, misalnya:
300 - Ilmu-ilmu sosial
320 - Ilmu politik
324 - Proses politik
324.2 - Partai politik
324.23 - Program dan ideologi
Tabel-tabel
Di samping pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdapat dalam bagan,
DDC juga menyediakan tabel-tabel pembantu untuk membagi subyek lebih lanjut. Notasi
pada tabel-tabel tidak dapat berdiri sendiri, melainkan hanya dapat digunakan dalam
rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam DDC edisi 21 terdapat 7 tabel
pembantu, yaitu:
Tabel 1: Subdivisi standar
Tabel 2: Wilayah
Tabel 3: Subdivisi sastra
Tabel 4: Subdivisi bahasa
Tabel 5: Ras, etnik, kebangsaan
Tabel 6: Bahasa
Tabel 7: Orang
Untuk menambahkan notasi dari tabel-tabel tersebut harus mengikuti pedoman
yang di tabel dan pada bagan klasifikasi.
Indeks Relatif
Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat "indeks relatif". Di
dalam indeks relatif ini terdaftar sejumlah isitilah yang disusun menurut abjad. Istilahistilah
tersebut mengacu ke notasi yang terdapat di dalam bagan. Di dalam indeks relatif
ini didaftar sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lain. Contoh
indeks relatif dari Bagan Klasifikasi Islam:
Hukum (Islam)
Acara Banding 2X4.66
Berita Acara Pemeriksaan 2X4.61
Hakim 2X4.65
Internasional 2X4.7
Diplomasi 2X4.72
Kesaksian dan Barang Bukti 2X4.63
Ketatanegaraan 2X4.71
Pembelaan 2X4.64
Penyidikan 2X4.61
Peradilan (qada) 2X4.6
Perang dan perdamaian 2X4.76
Gencatan Senjata 2X4.761
Rampasan 2X4.762
Dst.
Untuk menentukan nomor kelas, tidak cukup dengan hanya melihat dari indeks,
tetapi harus dilihat di bagan lengkapnya.
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 10-20
Subyek Islam
Perlu diketahui bahwa subyek agama Islam atau ilmu-ilmu keislaman di dalam DDC
hanya mendapat "jatah" notasi 297 (dengan semua rinciannya). Oleh para ahli (terutama
dari kalangan Islam) "jatah" ini dianggap kurang memberi tempat yang wajar. Hal ini
mendorong para ahli untuk memperluas DDC seksi Islam dengan tetap mengacu pada
prinsip-prinsip DDC. Setelah melalui penelitian dan berbagai pertemuan ilmiah, akhirnya
dapat disusun klasifikasi Islam yang dinilai lebih representatif dengan mengganti 297
menjadi 2X. Klasifikasi yang diberi judul Adaptasi dan Perluasan Dewey Decimal
Classification (DDC) Seksi Islam tersebut pada tahun 1987 diformalkan penggunaannya
melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 157 tahun 1987. Kemudian pada tahun 1999 telah terbit edisi revisi yang
dilengkapi dengan daftar tajuk subyek Islam dengan judul: Daftar Tajuk Subyek Islam
dan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan DDC Seksi Islam, yang disunting
oleh Drs. Muh. Kailani Er.
Adapun untuk menentukan nomor kelas atau notasi suatu bahan pustaka (buku)
dapat ditempuh melalui dua cara: Pertama, melalui indeks relatif dan kedua, langsung
melihat bagan DDC.
Cara pertama, melalui indeks relatif, prosedur yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan lebih dulu subyek dan aspek dari bahan pustaka yang akan diberi nomor kelas
dengan cara menganalisis subyeknya, seperti uraian di atas;
2. Temukan subyek tersebut dalam indeks relatif. Misalnya hasil analisis subyek
menyimpulkan bahan pustaka tersebut berisi tentang Hukum Waris, maka cari kata
tersebut di dalam indeks relatif dan akan terlihat:
Hukum Waris (Faraid) 2X4.4
3. Teliti dan cermati tajuk tersebut untuk mengetahui aspek apa yang dibahas dalam
bahan pustaka;
4. Setelah ditemukan secara tepat, dianjurkan tidak langsung menetapkan notasi dari
indeks, melainkan periksalah bagan lengkap, sehingga diketahui tepat tidaknya nomor
kelas yang diberikan di dalam indeks relatif;
5. Perhatikanlah pada tajuk di belakang nomor kelas itu, barangkali ada penjelasan atau
catatan yang dapat membantu meyakinkan tepat tidaknya nomor kelas itu. Kalau tepat,
maka nomor kelas itulah yang digunakan. Jika tidak, maka harus dicari pada tajuk lain
dengan cara yang sama sampai ditemukan nomor kelas yang paling tepat.
Apabila penentuan nomor kelas dilakukan dengan cara kedua, yaitu melihat
langsung pada bagan, maka prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan lebih dulu subyek dan aspek dari bahan pustaka yang akan diberi nomor kelas
dengan cara menganalisis subyeknya, seperti uraian di atas;
2. Periksa deretan nomor kelas di bawah disiplin ilmu yang bersangkutan hingga
menemukan nomor kelas yang tepat untuk subyek yang dibahas dalam bahan pustaka;
3. Pada langkah di atas, perhatikan semua catatan, petunjuk atau instruksi yang
memberikan alternatif penentuan nomor kelas yang lebih tepat.
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 11-20
KATALOGISASI
Seperti dikemukakan di atas, katalogisasi merupakan proses kegiatan pembuatan
katalog. Katalog adalah daftar bahan pustaka yang dikoleksi oleh perpustakaan tertentu,
yang merupakan wakil bahan pustaka tersebut dan disusun secara sistematis (berabjad,
berkelas). Adapun fungsinya, seperti dikemukakan oleh Charles Ammi Cutter, adalah: 1)
memungkinkan seseorang menemukan sebuah bahan pustaka yang diketahui berdasarkan
pengarang, judul atau subyeknya; 2) menunjukkan bahan pustaka yang dimiliki
perpustakaan oleh pengarang tertentu, dalam subyek tertentu, atau dalam bentuk literatur
tertentu; dan 3) membantu memilih bahan pustaka berdasarkan edisinya atau karakternya.
Deskripsi Bibliografi
Pedoman untuk kegiatan deskripsi bibliografi ini adalah AACR2 (Anglo American
Cataloguing Rules Edisi 2), yang mengadopsi ISBD (International Standard Bibliographic
Description), atau sudah disadur oleh Perpustakaan Nasional RI dalam bentuk Pedoman
Katalogisasi Indonesia. Dalam buku pedoman tersebut pembuatan deskripsi bibliografis
bahan pustaka dibagi ke dalam 8 daerah atau bidang. Kedelapan daerah deskripsi lengkap
dengan tanda baca yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab (kepengarangan):
Judul
( ) GMD (General Material Designation)
= judul paralel [spt. judul yang ditulis dalam bahasa lain]
: pernyataan judul lain [spt. anak judul]
/ pengarang pertama, [jika pengarang lebih dari 1, tapi tidak lebih dari 3]
, pengarang ke-2, ke-3 [jika pengarang lebih dari 1, tapi tidak lebih dari 3]
; pengarang lain [spt. penerjemah, ilustrator, narator]
2. Daerah edisi:
keterangan edisi [spt. cetakan ke berapa, dengan angka Arab]
/ penaggung jawab edisi [jika beda dengan pengarang]
3. Daerah rincian khusus (untuk buku tidak digunakan).
4. Daerah penerbitan atau tipe terbitan (dulu disebut impresum):
tempat terbit [kota terbit atau negara, diambil yang ke-1 jika > 1]
: nama penerbit
, tahun terbit [yang terakhir]
5. Daerah keterangan fisik (kolasi):
jumlah halaman
: ilustrasi [gambar, foto]
; dimensi [dalam cm.]
+ bahan penyerta [spt. jika ada kaset, CD, disket, dll.]
6. Daerah judul seri:
(judul seri
: keterangan sub seri
; nomor seri)
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 12-20
7. Daerah catatan
sesuai dengan keperluan, spt. judul asli, bibliografi, indeks dll.
8. Daerah ISBN (International Standard Book Book Number) dan harga:
ISBN
: harga
Untuk tiap daerah di atas, ditentukan sumber tertentu sebagai sumber informasi
yang menjadi dasar pembuatan entri katalog, informasi yang diambil dari luar sumber
primer ini dicantumkan dalam kurung siku ([ ]). Adapun sumber informasi primer untuk
masing-masing daerah adalah sebagai berikut:
DAERAH SUMBER INFORMASI PRIMER
Judul dan kepengarangan Halaman judul
Edisi Halaman judul, halaman permulaan lainnya, dan
kolofon
Rincian khusus (tidak digunakan untuk koleksi buku)
Penerbitan (Impresum) Halaman judul, halaman permulaan lainnya, dan
kolofon
Deskripsi fisik (kolasi) Buku itu sendiri
Judul seri Halaman judul seri, halaman judul, sampul, sisa
halaman buku lainnya
Catatan Dari mana saja
ISBN dan Harga Dari mana saja
Dalam pengetikan pada katalog setiap daerah dalam satu paragraf dipisahkan
dengan tanda titik, spasi, dua hyphen, spasi (. -- ). Jika pedoman tersebut diterapkan
dalam pengetikan katalog kartu adalah sebagai berikut:
Judul = judul paralel : anak judul / pengarang;
penerjemah. -- Edisi. –- Rincian khusus (tipe terbitan).
-- tempat terbit: nama penerbit, tahun terbit.
hlm.: ill.; dimensi + bahan penyerta. –- (judul seri
: sub seri ; no. seri).
Catatan
ISBN : harga
Singkatan-singkatan standar yang sering dipakai dalam deskripsi bibliografi adalah:
1. Daerah 1 : et.al (et alii, artinya and others, jika pengarang lebih dari 3)
2. Daerah 2 : ed. (edition)
cet. (cetakan)
3. Daerah 3 : s.l. (sine loco, artinya tempat terbit tidak diketahui)
s.n. (sine nomine, artinya nama penerbit tidak diketahui)
s.a. (sine anno, artinya tahun terbit tidak diketahui)
4. Daerah 4 : vol. (volume, jika berjilid)
jil. (jilid, jika memakai bahasa Indonesia)
ill. (illustration, jika ada gambar, foto)
cm. (centimeter, ukuran tinggi buku)
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 13-20
Penentuan Tajuk Entri Utama dan Entri Tambahan
Di bawah ini ada beberapa ketentuan untuk menentukan tajuk entri utama dan entri
tambahan bagi sebuah buku atau bahan pustaka:
1. Karya pengarang tunggal
Karya pengarang tunggal adalah karya yang disusun atau dikarang oleh seorang
pengarang. Tajuk entri utama untuk jenis karya ini adalah pada pengarang.
Contoh:
Pintu-pintu Menuju Tuhan / oleh Nurcholish Madjid. Tajuk entri utama pada
Nurcholish Madjid sebagai pengarang, entri tambahan pada judul dan subyek.
2. Karya pengarang ganda
Yaitu karya oleh dua orang atau lebih, yang bersama-sama menciptakan suatu karya.
Karya pengarang ganda ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Karya pengarang ganda dengan pengarang utama
Bila suatu karya dikarang oleh dua orang pengarang atau lebih dan seorang di
antaranya merupakan pengarang utama, sedangkan yang lain bertindak sebagai
pembantu, tajuk entri utama ditentukan pada pengarang utama. Entri tambahan
dibuat untuk pengarang pembantu yang pertama kali disebut, judul dan subyek.
Contoh:
Tajuk Subyek untuk Perpustakaan / disusun oleh J.N.B. Tairas dibantu oleh Rojani,
Taslimah, Kailani Eryono. Tajuk entri utama pada J.N.B. Tairas, entri tambahan
pada Rojani, judul dan subyek.
b. Karya oleh tiga pengarang
Bila suatu karya dikarang oleh sebanyak-banyaknya tiga pengarang tanpa ada
pengarang utama, maka tajuk entri utama ditentukan pada pengarang yang namanya
disebut pertama kali pada halaman judul. Entri tambahan dibuat dari dua pengarang
lainnya, judul dan subyek.
Contoh:
Kematian Lady Diana Mengguncang Akidah Umat / oleh Ustadz Hartono A. Jais,
Ainul Haris Umar Thayib dan Al-Chaidar. Tajuk entri utama pada Ustadz Hartono
A. Jais, entri tambahan pada Ainul Haris Umar Thayib dan Al-Chaidar, judul dan
subyek.
c. Karya oleh lebih dari tiga orang
Bila suatu karya dikarang oleh lebih dari tiga orang tanpa ada pengarang utamanya,
maka tajuk entri utama ditentukan pada judul, sedang entri tambahan dibuat pada
nama pengarang yang pertama kali disebut dan pada subyek.
Contoh:
Sejarah Minangkabau / oleh M.D. Mansoer, Amrin Imran, Mardanas Safwan,
Asmaniar Z. Idris, Sidi I Buchari, tajuk entri utamanya pada judul (Sejarah
Minangkabau), sedang entri tambahan pada M.D. Mansoer (pengarang yang disebut
pertama) dan pada subyek.
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 14-20
3. Karya kumpulan
Bila suatu karya merupakan karya kumpulan oleh lebih dari tiga orang dan di bawah
pimpinan seorang editor atau penyunting serta ada judul kolektifnya, maka tajuk entri
utama pada judul kolektif, sedang entri tambahan pada editor atau penyunting dan
subyek.
Contoh:
The Oxford Encyclopedia of the Islamic World / Editor in chief, John L. Esposito,
tajuk entri utamanya pada judul (The Oxford …), sedang entri tambahan pada John L.
Esposito (editor), dan subyek.
Agenda Aksi Liberalisasi Ekonomi dan Politik di Indonesia / kumpulan tulisan 18
orang (Rizal Ramli, Anggito Abimanyu, Hamzah Haz, Dawam Rahardjo … dkk, ketua
tim editor, Kumala Hadi, tajuk entri utama pada judul (Agenda aksi …), entri
tambahan pada Kumala Hadi (editor) dan pada subyek.
4. Karya campuran
Bila ada beberapa pengarang telah menyumbangkan isi kecendekiaan pada suatu karya
dengan fungsi yang berbeda-beda (penerjemah, penyadur, penggubah, dll.), maka sifat
kepengarangannya adalah campuran. Penentuan tajuk entri utama tergantung pada
peranan pengarang dalam karya itu:
a. Terjemahan
Bila merupakan karya terjemahan, maka tajuk entri utamanya ditentukan pada
pengarang asli, entri tambahan dibuat pada penerjemah, judul dan subyek.
Contoh:
Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan Religius Roger Garaudy / oleh Muhsin al-
Mayli, diterjemahkan oleh, Rifyal Ka’bah, tajuk entri utama pada Muhsin al-Mayli
(pengarang asli), sedang entri tambahan pada Rifyal Ka’bah (penerjemah), judul
dan subyek.
b. Saduran
Bila merupakan karya saduran (ringkasan, uraian), maka tajuk entri utama bukan
pada pengarang asli, tetapi pada penyadur, sedang entri tambahan pada pengarang
asli, judul dan subyek.
Contoh:
Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawi / oleh Imam Nawawi, tajuk entri utama pada
Imam Nawawi (pembuat syarah), sedang entri tambahan pada Imam Muslim
(pengarang asli Sahih Muslim), judul dan subyek.
5. Karya anonim
Yaitu karya yang tidak diketahui pengarangnya atau nama pengarangnya tidak jelas.
Jenis karya ini tajuk entri utamanya ditetapkan pada judul.
6. Karya badan korporasi
Badan korporasi adalah suatu organisasi atau kumpulan orang-orang yang dikenal
dengan nama tertentu dan bertindak atau dapat bertindak atas namanya sebagai suatu
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 15-20
kesatuan. Badan korporasi dianggap sebagai pengarang, jika isi publikasi itu adalah
tanggung jawab badan bersangkutan dan bukan tanggung jawab anggotanya walaupun
nama seorang anggota tercantum sebagai penyusun. Tajuk entri utama untuk karya ini
ditetapkan pada nama badan korporasi, sedang entri tambahan pada judul dan subyek
serta nama orang yang menyusun (jika disebut di halaman judul dan dianggap perlu).
Contoh:
Islam, Alim Ulama dan Pembangunan / Pusat Da’wah Islam Indonesia, tajuk entri
utama pada Pusat Da’wah Islam Indonesia (badan korporasi), entri tambahan pada
judul dan subyek.
DAFTAR BACAAN
Bloomberg, Marty dan G. Edward Evans, Introduction to Technical Services for Library
Technicians, 5th ed., Littleton, Colorado: Libraries Unlimited, 1985.
Comaromi, John P. (ed.), Manual on the Use of the Dewey Decimal Classification:
Edition 19, Albany, New York: Forest Press, 1982.
Gorman, Michael dan Paul W. Winkler (ed.). Anglo-American Cataloguing Rules. 2nd ed.
Ottawa: Canadian Library Association, 1988.
Hamakonda, Towa P., J.N.B. Tairas, Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey, ed. 5,
cet. 9, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Kailani Er., Muh. (ed.), Daftar Tajuk Subyek Islam dan Sistem Klasifikasi Islam: Adaptasi
dan Perluasan DDC Seksi Islam, Jakarta: Departemen Agama RI, Puslitbang Lektur
Agama, 1999.
Rowley, Jennifer E., Organizing Knowledge: an Introduction to Information Retrieval, 2nd
ed., Aldershot: Ashgate, 1992.
Somadikarta, Lily K., Dasar-dasar Analisis Subyek untuk Pengindeksan Subyek
Dokumen, Jakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fak. Sastra, Univ. Indonesia, 1991.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Cet. 3, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993.
Sumardi, P. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembuatan / Pengetikan Kartu Katalog di
Perpustakaan. Cet. 3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997.
Tylor, Arlene G., The Organization of Information. Englewood, Colorado: Libraries
Unlimited, 1999.
Wynar, Bohdan S. Introduction to Cataloging and Classification. 6th Ed. Littleton:
Libraries Unlimited, 1980.
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 16-20
Lampiran 1
BAGAN KLASIFIKASI DDC
Untuk mengenal DDC sedikit lebih jauh, berikut ini kutipan sebagian dari bagan klasifikasi DDC edisi 19 dan
klasifikasi Islam yang telah diadaptasi dan diperluas.
000 - Karya Umum
010 - Bibliografi
020 - Ilmu perpustakaan dan informasi
030 - Ensiklopedi umum
040
050 - Penerbitan berkala umum
060 - Organisasi dan permuseuman
070 - Jurnalisme, penerbitan, surat kabar
080 - Kumpulan karya-karya umum
090 - Manuskrip dan buku langka
100 - Filsafat
110 - Metafisika
120 - Teori pengetahuan
130 - Gejala paranormal
140 - Aliran filsafat
150 - Psikologi
160 - Logika
170 - Etika
180 - Filsafat kuno
190 - Filsafat Barat modern
200 - A g a m a
210 - Agama-agama alam
220 - Alkitab
230 - Teologi Kristen
240 - Moral dan amal agama Kristen
250 - Gereja Kristen lokal
260 - Teologi sosial
270 - Sejarah Gereja
280 - Denominasi & sekte Gereja
290 - Agama-agama lain
297 - Agama Islam
300 - Ilmu-ilmu Sosial
310 - Statistik
320 - Ilmu politik
330 - Ilmu ekonomi
340 - Hukum
350 - Administrasi negara
360 - Masalah dan pelayanan sosial
370 - Pendidikan
380 - Perdagangan dan perhubungan
390 - Adat istiadat & kebiasaan
400 - Bahasa
410 - Linguistik
420 - Bahasa Inggris
430 - Bahasa Jerman
440 - Bahasa Perancis
450 - Bahasa Itali, Romania
460 - Bahasa Spanyol & Portugis
470 - Bahasa Latin
480 - Bahasa Yunani
490 - Bahasa-bahasa lain
500 - Ilmu-ilmu Murni
510 - Matematika
520 - Astronomi
530 - Fisika
540 - Kimia
550 - Geologi
560 - Paleontologi
570 - Ilmu hayat
580 - Ilmu tumbuh-tumbuhan
590 - Ilmu hewan
600 - Ilmu-ilmu Terapan
610 - Kedokteran
620 - Rekayasa (engineering)
630 - Pertanian
640 - Kesejahteraan keluarga
650 - Manajemen
660 - Teknologi kimia
670 - Manufaktur
680 - Manufaktur khusus
690 - Teknik bangunan
700 - Kesenian
710 - Seni tata lingkungan
720 - Arsitektur
730 - Seni pahat & ukir
740 - Menggambar
750 - Melukis & lukisan
760 - Seni grafika & percetakan
770 - Fotografi
780 - Musik
790 - Rekreasi dan seni pertunjukan
800 - Kesusastraan
810 - Sastra Indonesia
820 - Sastra Inggris
830 - Sastra Jerman
840 - Sastra Perancis
850 - Sastra Itali, Romania
860 - Sastra Spaanyol dan Portugis
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 17-20
870 - Sastra Latin
880 - Sastra Yunani
890 - Sastra bahasa lain
900 - Geografi dan Sejarah
910 - Geografi dan perjalanan
920 - Biografi
930 - Sejarah dunia purba s.d 499
940 - Sejarah Eropa
950 - Sejarah Asia
959.8 Sejarah Indonesia
960 - Sejarah Afrika
970 - Sejarah Amerika Utara
980 - Sejarah Amerika Selatan
990 - Sejarah dunia lainnya
2X0 - Islam (Umum)
2X0.1 – Islam dan Filsafat
2X0.3 – Islam dan Ilmu Sosial
2X0.5 – Islam dan Ilmu Murni
2X0.6 – Islam dan Teknologi
2X0.7 – Islam dan Kesenian
2X0.9 – Islam dan Bidang Lainnya
2X1 - Al-Qur’an dan Ilmu yang berkaitan
2X1.1 - Ilmu-ilmu al-Qur’an
2X1.2 - Al-Qur’an dan terjemahnya
2X1.3 - Tafsir al-Qur’an
2X1.4 - Kumpulan ayat-ayat dan surat-surat
tertentu
2X1.5 - Kritik dan komentar mengenai al-Qur’an
2X1.6 - Kandungan al-Qur’an
2X1.7 - Musabaqah Tilawatil Qur’an
2X1.9 - Sejarah al-Qur’an
2X2 - Hadis dan Ilmu yang berkaitan
2X2.1 - Ilmu Hadis, Termasuk Mustalah Hadis
2X2.2 - Kumpulan Hadis (menurut perawi, matan,
terjemah, syarah)
2X2.3 - Kumpulan Hadis menurut bidang tertentu
2X2.4 - Kumpulan Hadis menurut derajat Hadis
2X2.5 - Kritik terhadap Hadis
2X2.6 - Cerita-cerita Hadis
2X2.9 - Sejarah pengumpulan, penulisan, dan
pembukuan hadis
2X3 - Aqaid dan Ilmu Kalam
2X3.1 - 2X3.6 - Pembahasan mengenai rukun
iman
2X3.7 - Kepercayaan mengenai hal-hal tertentu
2X3.8 - Aqidah menurut aliran dan sekte-sekte
tertentu
2X3.9 - Islam tentang agama/aliran lain
2X4 - Fiqih
2X4.1 - Ibadah
2X4.2 - Mu’amalat
2X4.3 - Hukum perkawinan (munakahat)
2X4.4 - Hukum waris (faraid) dan Wasiat
2X4.5 - Hukum pidana Islam (jinayat)
2X4.6 - Hukum peradilan (qada’)
2X4.7 - Hukum internasional
2X4.8 - Fiqih dari berbagai faham
2X4.9 - Aspek fiqih lainnya
2X5 - Akhlak dan Tasawuf
2X5.1 - Akhlak
2X5.2 - Tasawuf
2X5.3 - Tarekat
2X5.4 - Do’a dan wirid
2X6 - Sosial dan Budaya Islam
2X6.1 - Masyarakat Islam
2X6.2 - Politik
2X6.3 - Ekonomi
[2X6.4] - Kedudukan wanita
2X6.6 - Organisasi
2X6.7 - Kesenian dan Kebudayaan
2X6.8 - Perpustakaan dan museum
2X6.9 - Adat istiadat
2X7 - Filsafat dan Perkembangan
2X7.1 - Filsafat
2X7.2 - Dakwah
2X7.3 - Pendidikan
2X7.4 - Pemurnian dan pembaharuan pemikiran
2X7.5 - Pers Islam
2X8 - Aliran dan Sekte dalam Islam
2X8.1 - Ahlussunah wal Jama’ah
2X8.2 - Syi’ah
2X8.3 - Mu’tazilah
2X8.4 - Khawarij
2X8.5 - Qadariyah dan Jabariyah
2X8.6 - Murji’ah
2X8.7 - Ahmadiyah
2X8.8 - Bahaiyah
2X8.9 - Aliran dan sekte yang timbul kemudian
2X9 - Sejarah Islam dan Biografi
2X9.1 - Zaman Nabi Muhammad SAW
2X9.2 - Khulafaurrasyidin
2X9.3 - Daulah Amawiyah
2X9.4 - Daulah Abbasiyah
2X9.5 - Daulah-daulah lain
2X9.6 - Perkembangan Islam di berbagai negeri
setelah 1800
2X9.8 - Biografi tokoh-tokoh / pemuka-pemuka Islam
2X9.9 - Peta sejarah Islam
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 18-20
Lampiran 2
BEBERAPA CONTOH KATALOG KARTU
Penerapan pedoman di atas dalam pengetikan katalog kartu adalah sebagai berikut:
1. No. Panggil : 322.1 / HID / t
2. Pengarang : Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam Rahardjo
3. Judul
: Tragedi Raja Midas: moralitas agama dan krisis modernisme
4. Edisi / cet. : Cet. 1
5. Penerbitan : Jakarta: Paramadina, 1998
6. Kolasi : xv, 337 p; 21 cm.
7. Catatan : Bibliografi: p. 323-327
8. ISBN / harga : 979-8321-26-X : Rp. 36.000,-
9. Jejakan : 1. AGAMA DAN NEGARA I. Rahardjo, Dawam II. Judul
10. No. inventaris : 990045/c1, 990046/c2, 990124/c3
TAJUK ENTRI UTAMA PADA PENGARANG
1. Kartu Utama
2. Kartu Tambahan Subyek:
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
t Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. -- Cet. 1. -- Jakarta: Paramadina,
1998.
xv, 337 p.; 21 cm.
Bibliografi: p. 323-327.
979-8321-26-X : Rp. 36.000,-
1. AGAMA DAN NEGARA I. Rahardjo, Dawam II. Judul
990045/c1, 990046/c2, 990124/c3
AGAMA DAN NEGARA
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
t Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. -- Cet. 1. -- Jakarta: Paramadina,
1998.
xv, 337 p.; 21 cm.
Bibliografi: p. 323-327
979-8321-26-X
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 19-20
3. Kartu Tambahan Orang (Pengarang 2, 3, penerjemah, pengantar, dll.):
4. Kartu Tambahan Judul
TAJUK ENTRI UTAMA PADA JUDUL
1. Kartu Utama
Rahardjo, Dawam
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
t Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. -- Cet. 1. -- Jakarta: Paramadina,
1998.
xv, 337 p.; 21 cm.
Bibliografi: p. 323-327.
979-8321-26-X
Tragedi Raja Midas : moralitas . . .
322.1
Hid Hidayat, Komaruddin
t Tragedi Raja Midas : moralitas agama dan krisis
modernisme / Komaruddin Hidayat; pengantar, Dawam
Rahardjo. -- Cet. 1. -- Jakarta: Paramadina,
1998.
xv, 337 p.; 21 cm.
Bibliografi: p. 323-327.
979-8321-26-X
2X0.03
OXF The Oxford encyclopedia of the Islamic world /
Editor in chief, John L. Esposito. -- New York:
Oxford University Press, 1995.
4 vol.: ill.; 32 cm.
Indeks di vol. 4.
0-19-506613-8: Rp. 7.500.000,-
1. ISLAM - ENSIKLOPEDI I. Esposito, John L.
No. Inv.: V.1: 99242, V.2: 99243, V.3:99244, V.5: 99246
Klasifikasidan Katalogisasi: Sebuah Pengantar 20-20
2. Kartu Tambahan Subyek
3. Kartu Tambahan Editor
Catatan:
Semua kartu katalog di atas dijajarkan di laci katalog sesuai dengan jenis katalognya
dengan sistematika tertentu. Katalog nama orang, baik pengarang utama, tambahan,
penerjemah, editor dll. dijajarkan secara alfabetis (menurut urutan abjad) di laci
katalog pengarang. Katalog judul dijajarkan secara alfabetis di laci katalog judul.
Katalog subyek juga dijajarkan secara alfabetis di laci katalog subyek. Selain itu,
perpustakaan hendaknya membuat satu kartu tambahan lagi yang disebut shelflist
(kartu pengrakan) yang persisi seperti kartu utama, namun dijajarkan di laci tersendiri
sesuai dengan susunan buku di rak, yaitu menurut urutan nomor panggil (call number).
Kartu pengrakan ini berfungsi apabila perpustakaan akan mengadakan penghitungan
buku (stock opname) atau inventarisasi ulang koleksi, untuk mengetahui secara riil
jumlah koleksi setelah perpustakaan berjalan beberapa tahun.
ISLAM - ENSIKLOPEDI
2X0.03
OXF The Oxford encyclopedia of the Islamic world /
Editor in chief, John L. Esposito. -- New York:
Oxford University Press, 1995.
4 vol.: ill.; 32 cm.
Indeks di vol. 4.
0-19-506613-8
Esposito, John L.
2X0.03
OXF The Oxford encyclopedia of the Islamic world / Editor
in chief, John L. Esposito. -- New York: Oxford
University Press, 1995.
4 vol.: ill.; 32 cm.
Indeks di vol. 4.
0-19-506613-8

Break

Powered by Blogger.